Rabu, 18 Juni 2014

Laporan Pengendalian Gulma Kalibrasi dan Aplikasi Herbisida



Laporan Praktikum Pengendalian Gulma
Acara 5
“Kalibrasi dan Aplikasi Herbisida”
images.jpg



Oleh :
Nama              : Diah Kartika Sari
Npm                : E1J011078
Dosen              : Ir. Nanik setyowati, Ph.D.
  Ir. Marulak Simarmata , Ph. D.
 Eko Supriyono,MP
 Dr.Ir. Uswatun Nurjanah,MP
 Dr.Ir.Bilman WS,MP



Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014


BAB I
Pendahuluan
1.1      Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.
Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan insectisida secara merata pada areal tertentu.

1.2      Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan kalibrasi dengan prosedur yang benar dan tepat.











BAB II
Tinjauan Pustaka
Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaanya didasarkan pada tujuan, misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg sistemik, tidak diperlukan nozle yang jangkauan dan penyebaran tinggi (Sudarmo, 1997)
 Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan insectisida secara merata pada areal tertentu.
Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis dan kosentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan beracun yang dapat membunuh organisme sasaran sedangakan kosentrasi adalah perbandingan antara bahan racun dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan tepat karena pestisida merupakan bahan beracun yang berbahaya terhadap organisme non-target termasuk manusia dan juga lingkungan
Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain factor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat. Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan anjuran dosis.
Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini merupakan metode yang paling banyak digunakan (Wudianto,1999).

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan sesuatu pestisida antara lain:
1.      Dosis Pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan sasaran tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih (Djojosumarto, 2008).
2.      Konsentrasi Pestisida
Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan dalam satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan sasaran tertentu. (Djojosumarto ,2008).
3.      Volume Semprot
Volume semprot adalah banyaknya larutan jadi pestisida yang digunakan untuk menyemprot sasaran tertentu per satuan luas atau per satuan individu tanaman (Djojosumarto ,2008).
4.      Bahan Penyampur
Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi biasanya dinyatakan dalam berat/volume. Bahan penyampur yang dapat digunakan adalah alkohol, minyak tanah, xyline dan air (Sastroutomo, 1992).
Salah satu  alat semprot yang digunakan, antara lain Knapsack Sprayer. Alat ini merupakan alat semprot yang sangat meluas digunakan. Alat ini hanya bisa untuk bahan cair dengan bahan pelarut air. Kapasitas tangki antara 15-20 liter dioperasikan secara manual dengan pompa tangan dan daya jangkaunya sangat terbatas yaitu 2 meter.
Dalam melakukan kalibrasi hal yang diperhatikan adalah kecepatan jalan harus konstan, tekanan semprot sprayer tetap, ukuran/tipe nozzel, ketinggian nozzel di atas permukaan tanah.









BAB III
Bahan dan Metode
3.1 Alat dan Bahan
·         Air
·         Tali rafia dan patok patok kecil untuk membuat petak.
·         Knapsack sprayer lengkap dengan nozel biru dan saringan
·         Ember plastik dua buah, satu untuk menampung larutan yang di keluarkan dari alat semprot dan satu lagi untuk cadangan.
·         Stopwatch, untuk mengukur waktu yang diperlukan dalam penyemprotan.
·         Gelas ukur 1000 ml, untuk mengukur larutan yang keluar dari nozel.
3.2 Cara Kerja
1.      Setiap kelompok mahasiswa membuat petakan berukuran 3m x 3m pada area yang telah di tentukan. Batasi areal yang telah di ukur dengan patok kecil dan tali rafia. Dengan nozel biru mempunyai jangkauan 1,5 m.
2.      Periksa kondisi sprayer , jangan sampai ada yang bocor, tersumbat aytau ada bagian yang tidak dapat bekerja.
3.      Isi tangki dengan air secukupnya (kurang lebih 5 liter). Volume larutan yang telah di tentukan adalah 500 L / ha sehingga untuk petak 3m x 5m diperlukan larutan sebanyak : V larutan /petak = luas petak (m2) X V yang di anjurkan perhektar : 1 Ha.
= 15m2X 500 liter / 10.000 m2
= 750 ml
4.      Menyemprotkan air dari sprayer kedalam ember / gelas ukur selama 30 detik. Dengan tekanan yang konstan ( 1,5 s.d 1,5 kg/cm2) dan di ulang sebanyak 3 kali. Hitung volume rata rata yang dikeluarkan selama 30 detik.
5.      Menghitung waktu yang di perlukan untuk menyemprot petak yang berukuran 3m x 5m dengan cara ( 750 ml X 30 detik ) : Vml = T detik
6.      Mengatur kecepatan berjalan dilapangan dengan menggunakan stopwatch selama T detik untuk 2 kali jalan. Jadi untuk sekali jalan perlu waktu T/2 detik. Setiap anggota kelompok harus mencoba dan mengulangi sehingga benar benar terlatih dan tepat waktunya ( kecepatan berjalan harus konstan ).
7.      Setelah selesai , bersihkan semua alat yang telah digunakan dan dikembalikan ketempat semula.

BAB IV
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
4.1    Hasil Pengamatan































4.2    Pembahasan
Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa dikatakan kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar yang tertelusur.
Factor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan insectisida secara merata pada areal tertentu.
Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis dan konsentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan racun yang dapat membunuh organism sasaran sedangkan konsentrasi adalah perbandingan antara bahan racun  dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan tepat karena pestisida merupakan bahan racun yang berbahaya terhadap organism non-target termasuk manusia dan lingkungan. Hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan kalibrasi adalah:
A : Kecepatan Curah Semprot
B : Lebar diameter gawang
C : Kecepatan jalan
D : Volume air dalam 1 Ha
Metode waktu bertujuan untuk mengukur kecepatan berjalan operator pada saat mengaplikasikan pestisida. Berbeda dengan operator maka hasil yang diperoleh akan berbeda pula, hal ini dikarenakan setiap masing-masing operator berbeda-beda  tingkat kecepatan jalannya sehingga untuk setiap operator menghasilkan kalibrasi yang berbeda-beda pula. Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kecepatan jalan =        . Metode luasan bertujuan untuk mengukur volume semprot yang digunakan. Dari hasil praktikum diperoleh volume semprot sebesar=        . Nosel merupakan bagian dari alat semprot yang berfungsi sebagai pemecah cairan dan menyebarkannya dalam bentuk partikel yang halus.
Nosel memiliki keragaman dalam laju keluarnya cairan, sudut penyemprotan, dan pola penyemprotan. Nosel memiliki standart lebar bidang semprot yang berbeda-beda sesuai warna nozel, sehingga berbeda jenis nozel, maka berbeda pula lebar bidang semprot dan hasil yang diperoleh.

BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, factor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi adalah kalibrasi


























Daftar Pustaka

Djojosumarto, P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius
Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan  Dampak Penggunaanya.
Gramedia:  Jakarta.
Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta
Sukma,Y. dan Yakup, 1991. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.


Laporan Pengendalian Gulma Pengenalan Alat Semprot Punggung

Laporan Praktikum Pengendalian Gulma
Acara 5
“Pengenalan Alat Semprot Punggung”
images.jpg



Oleh :
Nama              : Diah Kartika Sari
Npm                : E1J011078
Dosen              : Ir. Nanik setyowati, Ph.D.
                          Ir. Marulak Simarmata , Ph. D.
  Eko Supriyono,MP
                          Dr.Ir. Uswatun Nurjanah,MP
                          Dr.Ir.Bilman WS,MP



Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014
BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi. samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Mimin, 1992).
Dari hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa kinerja ssprayer elektrostatika lebih baik dari tipe sprayer lainnya, namun perlu modifikasi lebih lanjut terutama pada sumber tenaga (batere) dan pola penyebaran dropletnya agar pengeluarannya benar-benar terkontrol, bahan pembawa cairan kontak (media kontak) yang mahal mengingat tidak semua bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan sprayer elektrostatik. Kelemahan lainnya adalah disain yang dibuat masih belum ergonomis (berat dan kurang flkesibel) sehingga agak menyulitkan dalam operasionalnya di lapangan. Di samping itu rancangan sprayer elektrostatik ini perlu dimodifikasi mengingat harga atau biaya produksinya masih tinggi bila dibandingkan dengan tipe sprayer lainnya (terutama jenis sprayer gendong / knapsack sprayer), baik produk lokal maupun impor ( Llyod, 1974)

1.2  Tujuan

Mahasiswa mengetahui bagian bagian penting dari alat semprot punggung dan fungsinya, dan mengetahui cara penggunaan yang benar dan mengetahui penyebab gejala kerusakan.



BAB II
Tinjauan Pustaka
Aplikasi herbisida dan alat aplikasinya pada prinsipnya tergantung dari formulasi yang digunakan. Dalam aplikasi herbisida yang memakai pelarut banyak kegagalan yang terjadi akibat kesalahan pemakaian alat dan kesalahan melakukan kalibrasi. Sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bagian dari alat-alat semprot dan kalibrasinya sangat diperlukan.
Banyak jenis alat semprot punggung, yang bisa digunakan yaitu penyemprot gendong. Penyemprot ini berisi bahan dasar powar mist blower dan duster, mesin penyemprot dengan tekanan tinggi  dan jenis penyemprot isinya. Penggunaan alat semprot ini disesuaikan dengan kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan areal pertanaman, sehingga pemakaian pestisida menjadi efesien dan efektif.
Jenis penyemprotan ini sering digunakan oleh petani ada dua macam penyemprot gendong yaitu yang otomatis dan semi otomatis. Perbedaan kedua jenis penyemprot ini terletak pada sistem pompanya. Penyemprot gendong  otomatis untuk menyemprotkan cairan secara terus menerus hanya saat itu saja bila tekanan udara dalam tanki sedang. Bagi penyemprot semiotomatis diperlukan pompaan terus-menerus selama alat itu digunakan
Pengendalian gulma secara kimia dengan herbisida menggunakan suatu alat yaitu
salah satunya alat semprot. Untuk jenis herbisida yamh biasa digunakan adalah alat semprot
punggung untuk jenis herbisida yang bentuknya larutan. Aplikasi herbisida dan alat
aplikasinya pada prinsipnya tergantung dari formulasi yang digunakan. Dalam aplikasi
herbisida yang memakai pelarut banyak kegagalan yang terjadi akibat kesalahan pemakaian
alat dan kesalahan melakukan kalibrasi. Sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bagian dari alat-alat semprot
dan kalibrasinya sangat diperlukan.
Banyak jenis alat semprot punggung yang bisa digunakan yaitu penyemprot gendong.
Penyemprot ini berisi bahan dasar powar mist blower dan duster, mesin penyemprot dengan
tekanan tinggi dan jenis penyemprot lsinnya. Penggunaan alat semprot ini disesuaikan
dengan kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan areal pertanaman, sehingga pemakaian
pestisida menjadi efesien dan efektif.
Jenis penyemprotan ini sering digunakan oleh petani ada dua macam penyemprot
gendong yaitu yang otomatis dan semi otomatis. Perbedaan kedua jenis penyemprot ini
terletak pada sistem pompanya. Penyemprot gendong otomatis untuk menyemprotkan cairan
secara terus menerus hanya saat itu saja bila tekanan udara dalam tanki sedang. Bagi
penyemprot semiotomatis diperlukan pompaan terus-menerus selama alat itu digunakan (Rini
Widianto, 2006)
Alat penyemprot punggung yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang indonesia
adalah secara manual yang memiliki bagian-bagian khusus. Untuk mempermudah dalam cara
penggunaanya, maka kita perlu mengenal bagian-bagian penting dari alat semperot punggung
anatara lain:
a.       Tanki (Tank). Tanki digunakan untuk menempatkan larutan herbisida.
b.      Pengaduk (Agitator) biasanya alat ini sudah terpasang dalam tanki tatapi kebanyakan alat penyemprot kecil tidak memiliki alat agitasi sehingga aplikator harus
menggoyang-goyang sendiri sprayer sewaktu menyemprot.
c.       Pompa (pump), pompa digunakan untuk mndapatkan tekanan yang diperlukan unutk
mendorong larutan keluar dari nozzle.
d.      Pengatur tekanan (preasure regulator) alat ini digunakan untuk mengontrol takanan
yang dihasilkan pompa sehingga diperoleh volume semprot yang seragam per satuan
waktu nozzle.
e.       Saringan (strainer) alat terlatak dibagian atas tanki, pada tanki semprot dan dekat
nozzle.
f.       Pengatur takanan (preasure gauge).
g.       Boom.
h.      Nozzle, nozzle digunakan untuk memperhalus larutan semprot sampai pada sasaran
(setyowati, 2013).
Ada bermacam-macam nozzle berdasarkan bentuk cairan yang dihasilkan semprotan
misalnya: bentuk kipas (fan), bentuk kerucut (cone) dan bulat ditengah. Nozzle kipas
mempunyai jangakauan yang beragam misalnya nozzle merah mencapai jangkauan 2 m, biru
memcapai jangauan 1,5 m, kuning 2 m dan hijau 0,5 m. Bentuk nozzle kipas dapat
memberiakn hembusan dalam bentuk datar. Nozle bentuk kerucut memberikan hembusan
dalam bentuk lingkaran datar penuh. Dan benruk nozzle bentuk kerucut lubang tangah yang
dapat menghasilkan hembusan berupa lingkaran dengan bagian tengahnya kosong (Yernelis
Sukman Yakup, 2002)



BAB III
Bahan dan Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
·         Seperangkat alat semprot punggung
3.2 Cara Kerja
·         Mengamati alat semprot punggung yang tersedia dan bagian bagianya.
·         Menggambar bagian tersebut didalam kertas HVS.
·         Setelah selesai , minta tanda tangan Co-Ass atau dosen pembimbing pada laporan smentara.



















BAB IV
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan

Gambar alat semprot punggung beserta bagian-bagiannya:















4.1 Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari semprotan maka kita harus mengetahui
bagian-bagian serta fungsi dari alat tersebut, sehingga apabila terjadi kaslaha atau kerusakan
maka kita dapat mengetahui bagian mana yang rusak serta kita dapat mengambil solusi yang
tepat, sehingga kita tidak dirugikan oleh karena kita tidak mengetahui bagian-bagian serta
fungsi dari masing-masing komponen alat semprot tersebut.
Dalam melakukan penyemprotan, larutan herbisida yang telah kita masukkan kedalam
tanki, sebelum kita semprotkan terlebih dahulu harus diaduk atau digoyang-goyang
sprayernya, agar larutan tersebut tercampaur. Saat akan memulai penyemprotan kita harus
melkukan pemompaan agar didalam tanki terdapat tekanan udara, setelah itu kita dapat
menekan pengatur tekanan agar larutan yang keluar lubag nozzle sesuai dengan pa yang kita
harapkan.
Alat semprot punggung memiliki bagian-bagian antara lain tanki (tank). Tanki
merupakan bagian yang dangat diperlukan karena bagian ini berfungsi sebagai tempat unutk
menyimpan larutan herbisida yang akan kita aplikasikan. Pengaduk merupakan bagian yang
tak kalah pentingnya karena bagian ini brfungasi sebagai alat untuk mengaduk atau
mencampur herbisida denan pelarutnya. Alat ini ada yang sudah terpasang pada tanki atau
ada juga yang belum tergantung dari ukuran besar kecilnya tanki. Pada umumnya jika
tankinya berukuran kecil maka tidak ditemukan alat pengaduk dalam tanki sehingga saat kita
mengaplikasikan semprotan kita haru mengoyang-goyang sprayer.
Pompa adalah alat yang juga sangat penting dalam mengeluarkan herbisida dalam
tanki, pompa dapat memberikan tekanan untuk mendoronglarutan keluatr dari nozzle. Pada
alat semprot punggung juga terdapat pengatur tekanan yang berfungsi sebagai pengatur
tekanan yang akan dikeluarkan sesuai dengan keinginan kita memperoleh volume semprot
yang seragam per satuan waktu yang dikeluarkan dari nozzle. Pada bagian atas tanki terdapat
suatu bagian lagi yang disebt tutup sprayer yang berguna untuk menutup larutan herbisida
yang terdapat dalam tanki agar saat kita menyemprot larutan tersebut tidak jatuh keluar.
Kemudian sebelah dalamnya terdapat saringan yang berguna untuk nmenyaring larutan yang
akan kita masukkan ke dalam tanki agar larutan tersebut bersih dan tidak terdapat kotoran
dalam larutan tersebut. Sedangkan nozzle berguna dalam memperhalus larutan yang akan
keluar dari tanki untuk mencapai sasaran.
Setiap bagian alat semprot ini mamiliki bantuk dan fungsi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Sehingga antara satu alat dengan yang lainnya tidak memiliki kesamaan
dan jika salah satu alat rusak maka kita tidak dapat mengganti dengan bagian yang lain, tetapi
kita harus membeli dengan alat yang sama dengan yang rusak tersebut.
Sprayer adalah alat yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator herbisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian gulma. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan.
Berikut penjelasan bagian-bagian knapsack sprayer beserta fungsinya operasionalnya:
1.      Tangki, dari bahan plastik atau bahan plat yang tahan karat berfungsi untuk menampung cairan (larutan herbisida).
2.      Tangkai pompa, untuk memompa agar mendapat tekanan sehingga cairan dapat keluar melalui nozel.
3.      Saluran penyemprot, untuk meneruskan larutan herbisida yang akan keluar. Terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nosel.
4.      Manometer/pengatur tekanan, untuk mengukur tekanan udara di dalam tangki sehingga diperoleh volume semprot yang seragam per satuan waktu nozel.
5.      Boom dan slang. Boom adalah sebagian penyangga nozzle, tiap boom dapat berisi satu atau lebih nozzle tergantung dari tipe sprayernya. Slang sebagai penyalur cairan bertekanan dari tangki sampai nozzle. Slang harus fleksibel dan kuat serta tahan aus.
6.      Saringan, untuk menyaring larutan herbisida saat dituangkan ke tangki.
7.      Nozzel, untuk memecah cairan menjadi pertikel halus.









BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikun ini ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan anatara lain:
·         Jika terjadi kerusakan salah satu bagian alat tersebut maka kita harus mengganti
dengan bagian yang sama dengan alat yang rusak itu.
·         Ada beberapa macam nozzle yang sanagt menentukan besar kecilnya keluarnya
larutan dari dalam tanki.
·         Nozel pada alat semprot sangat sangat berpengaruh terhadap keefektifan aplikasi
herbisida baik bentuknya maupun warnanya.
·         Alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida tergantung formulasi yang digunakan.
Penggunaan alat penyemprot disesuaikan dengan kebutuhan, terutama berkaitan
dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian herbisida menjadi lebh efektif dan
efisien.
·         Kebanyakan alat semprot yang sering digunakan dalam mengaplikasinan herbisida adalah alat semprot punggung (knapsack sprayer).
·         Agar tidak terjadi kesalahan atau kerusakan dalam penggunaan alat semprot
punggung maka kita harus membersihkan bagian-bagian alat semprot tersebut.
·         Alat semprot punggung terdiri dari beberapa bagian yang sanagat pengtiung antara
lain : tanki, pengaduk, pengatur tekanan, saringan, boom, pengukur tekanan dan
nozzle yang kesemuanya itu memiliki benruk dan fungsi yang berbeda satu sama
lainnya.







Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Llyod. 1974. Studi Penerapan Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) dalam Disain Perangkat
Alat Sprayer . Laporan Penelitian . Lembaga Penelitian UNPAD
Mimin Muhaemin, Ade Moetangad, Roni Kastaman, Dedi Prijatna. 1992. Rancang Bangun
dan Pengujian Sprayer Elektrostatik Piringan Berputar. Laporan Penelitian. Lembaga
Penelitian UNPAD.
Setyowati, N. dkk. 2013. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Sudarmo, S. 1991. Petunjuk Penggunaan Alat-alat Semprot. Kanisius, Yogyakarta.
Wudianto, Rini. 2006. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yernelis, dkk, 2002. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Cetakan Ke-5. Kanisius,
Yogyakarta.