Laporan Praktikum Pengendalian
Gulma
Acara 4
“Pengenalan Herbisida”

Oleh :
Nama : Diah Kartika Sari
Npm : E1J011078
Dosen : Ir. Nanik setyowati, Ph.D.
Ir. Marulak Simarmata , Ph. D.
Eko Supriyono,MP
Dr.Ir. Uswatun Nurjanah,MP
Dr.Ir.Bilman WS,MP
Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian
rakyat atau pun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman
budidayabervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya,
dan tentu sajapraktek pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang
berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi
persediaan pangan dunia. Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,
terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali,
makakemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total.
Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman
perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum
panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain
(misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang
lebih besar. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam
mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu diperlukan
pengendalian gulma secara efektif dan efisien.
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah
biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang
sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah
pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukandengan cara-cara
Preventif (pencegahan), Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian
gulma dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian
gulma secara kimiawi, dan Pengendalian gulma secara terpadu.
1.2 Tujuan
Mahasiswa
mampu mengenali jenis jenis herbisida, nama umum (dagang), nama kimia, rumus
molekul, kandungan bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis yang digunakan dan
jenis jenis gulma sasaran.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan
bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan
adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat
menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula
berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida
sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan :
1) Menurut waktu apilkasi.
2) Menurut cara kerja.
3) Menurut sifat bahan kimianya
v Menurut waktu aplikasi herbisida dibedakan atas:
1.
Pra pengolahan
tanah.
Ciri pengendalian ini adalah pengendalian vegetasi total dengan tujuan
memudahkan dalam pembersihan lahan. Pada pengolahan dengan jalan pembalikan
diharapkan biji, umbi, maupun akar gulma yang tertimbun dapat dipindahkan ke
permukaan tanah yang lebih dangkal.
2.
Pra tanam.
Aplikasi semacam ini mempunyai tujuan, supaya awal pertumbuhan pertanaman
tidak tergangguoleh gulma yang juga mulai tumbuh.
3.
Pra tumbuh.
Aplikasi semacam ini bertujuan dapat menekan gulma yang akan muncul bersama
tumbuhnya pertanaman.
4.
Pasca tumbuh.
Aplikasi semacam ini bertujuan bahwa gulma yang tumbuh setelah tanaman
tumbuh dapat di tekan, sehingga pertumbuhan pertanaman selanjutnya tidak
terganggu.
v Menurut cara kerjanya herbisida dapt dibedakan atas:
1. Absorpsi.
Absorpsi herbisida dalam tubuh
tanaman ada yang cepat atau lambat. Herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman
terutama melalui akar dan daun, namun kadang-kadang juga melalui batang.
2. Translokasi
Translokasi atau pergerakan
hebisida dalam tubuh tanaman dpay lewat xilem, floem atau interseluler.
Translokasi interseluler, bahan yang nonpolar dengan tegangan antarfase
permukaan rendah dilakukan lewat interseluler. Pergerakan minyak pada umumnya
secara ini, meskipun mekanismenya masih belum jelas, karena minyak dapat lalu
ke segala arah. Pergerakan herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman ada 2 cara
kerja yaitu selektif dan nonselektif.
Herbisida selektif adalah
herbisida yang bila di aplikasikan pada berbagai tumbuhan akan mematikan
spesies tertentu (gulma) dan relatif tidak mengganggu tanaman lain (tumbuhan
yang dibudidayakan).
Herbisida nonselektif adalah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun
yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan.
v Menurut herbisida menurut sifat kimiawi
Dalam klasifikasi ini dibedakan
atas herbisida golongan anorganik dan
golongan organik.
- Herbisida anorganik.
Merupakan suatu herbisida
yang tersusun secara anorganik, seperti CuSO4(gandum), natrium
arsenat(herbisida selektif), natrium arsenit (perkebunan), natrium klorat,
natrium metabolat, arsen trioksida(AS203), sebagai soil sterilant.
Ammonium sulfanat, akan memperpanjang masa dormansi sampai
cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan meyebabkan kematian.
Ammonium sulfat, menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan
tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang menyebabkan tumbuhan cepat mati.
Ammonium juga beracun pada protoplasma.sel.
Ammonium tiosianat, menyebabkan
racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkaogulasikan
protein.
Kalsium sianamida dapat mengkoagulasikan protein sel.
Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat, tembaga sulfat dapat melemahkan
kerja dan menyebabkan protein mengendap.
- Hebisida organik.
Merupakan suatu herbisida yang
tersusun secara organik. Pada 1932 dikenal 3,5-dinitro-0-kresol atau DNOC.
Perkembangan hebisida organik menjdi pesat setelah ditemukannya 2,4-D. Golongan
herbisida ini ialah :minyak (aromaterapi polisiklik), alifatik (dalapon), amida
(Alochor), arsenikal (MSMA), benzoat (dicamba).
BAB
III
Bahan
dan Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
·
Berbagai jenis herbisida
·
Alat tulis
3.2 Cara Kerja
·
Mengamati jenis jenis herbisida yang tersedia
·
Membuat catatan tentang:
-
Nama herbisida
-
Waktu / cara aplikasi
-
Jenis gulma yang dikendalikan
-
Dosis rekomendasi untuk masing masing
jenis haerbisida
·
Setelah selesai, herbisida dikembalikan
keposisi semula.
·
Meminta tanda tangan co-ass atau deosen
pembimbing praktikum.
BAB
IV
Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
1. Bimastar
a.
|
Nama
Dagang
|
Bimastar
|
b.
|
Nama
Umum
|
Glifosat
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
Glifosat
dan 2,4 D
|
f.
|
Formulasi
|
AS
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Pada
saat gulma tumbuh subur
|
i.
|
Cara
Kerja
|
|
j.
|
Selektivitas
|
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Karet,
teh, jagung, kedelai
|
m.
|
Gulma
Target
|
Berdaun
sempit dan lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
PT
nufarm indonesia jakarta selatan
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
2. Starane 200
a.
|
Nama
Dagang
|
Starane
200
|
b.
|
Nama
Umum
|
Glifosat
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
|
f.
|
Formulasi
|
EC
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
tua
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Non
selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Karet,
sawit, kakao, teh
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
sempit dan lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
3. Supremo 480 SL
a.
|
Nama
Dagang
|
Supremo
480 SL
|
b.
|
Nama
Umum
|
Glifosat
480
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
Asam
amina glifosat
|
f.
|
Formulasi
|
SL
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Kekuningan
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Non
selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Sawit,
karet, kako, teh
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
sempit dan lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
4. Touchdown 480 AS
a.
|
Nama
Dagang
|
Touchdown
480 AS
|
b.
|
Nama
Umum
|
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
Sulfosat
480 g/L
|
f.
|
Formulasi
|
Larutan
dalam air
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Putih
kecoklatan
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Kopi,
teh, karet
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
sempit dan lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
PT.Zeneca
agri product
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
5.Agromoxone-4
a.
|
Nama
Dagang
|
Agroxone-4
|
b.
|
Nama
Umum
|
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
Kalium
MPCA 400g/L
|
f.
|
Formulasi
|
Larutan
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Jagung,
karet, padi sawah
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
PT.
Zeneca agri product
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
6. DMA-6
a.
|
Nama
Dagang
|
DMA-6
|
b.
|
Nama
Umum
|
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
2,4
dimetil amina
|
f.
|
Formulasi
|
Pekatan
larut dalam air
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
tua
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Padi,
tebu, teh, karet
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
lebar dan sempit
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
7. Toupan
a.
|
Nama
Dagang
|
Toupan
|
b.
|
Nama
Umum
|
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
Glifosat
kalium 220g/L
|
f.
|
Formulasi
|
Larutan
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
jernih
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Purna
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Sistemik
|
j.
|
Selektivitas
|
Selektif
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Sawit,
kopi, jagung
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
sempit, lebar dan teki
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
PT.
Toupan persada
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
8. Goal 2E
a.
|
Nama
Dagang
|
Goal
2E
|
b.
|
Nama
Umum
|
Glifouren
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
oksiflourfen
|
f.
|
Formulasi
|
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
Coklat
tua
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Pra
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
|
j.
|
Selektivitas
|
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Bawang
merah, karet, kedelai
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
sempit, daun lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
9. Indamin 72 OHC
a.
|
Nama
Dagang
|
|
b.
|
Nama
Umum
|
|
c.
|
Nama
Kimia
|
|
d.
|
Rumus
Molekul
|
|
e.
|
Kandungan
Bahan aktif
|
|
f.
|
Formulasi
|
|
g.
|
Warna
Herbisida
|
|
h.
|
Waktu
Aplikasi
|
Pra
tumbuh
|
i.
|
Cara
Kerja
|
Kontak
|
j.
|
Selektivitas
|
|
k.
|
Dosis
rekomendasi
|
|
l.
|
Jenis
Tanaman
|
Bawang
merah, karet, sawit
|
m.
|
Gulma
Target
|
Daun
lebar
|
n.
|
Nama
dan Alamat Produksi
|
PT.
Kurnia dian
|
o.
|
Nama
dan alamat distribusi
|
|
4.2 Pembahasan
Herbisida
merupkan salah satu pestisida yang berfungsi mengendalikan gulma. Untuk
keperluan pengendaliannya, gulma dibedakan menjadi 3 golongan. 1) gulma berdaun
lebar, seperti Boreria alata, Chromolaena odorata, Mikania sp.; 2)
gulma berdaun sempit (golongan rumput), seperti Axonopus, Paspalum,
Panicum repens. 3) golongan teki, seperti Cyperus rotundus, Cyperus
kilinga.
Herbisida
purna-tumbuh yang bersifat selektif dapat digunakan untuk mengendalikan gulma
berdaun lebar, golongan teki, dan beberapa jenis rumput. Keunggulan herbisida
selektif ini adalah tidak membahayakan beberapa jenis tanaman pokok yang
disarankan pada labelnya. Jadi, dengan menggunakan herbisida purna-tumbuh yang
selektif, kita dapat mematikan gulma tanpa harus khawatir tanaman pokok rusak
akibat semprotan herbisida.
Gulma
yang tidak dapat dibasmi dengan herbisada selektif dapat dikendalikan dengan
herbisida purna tumbuh yang berspektrum luas dan mampu membunuh hampir semua
tumbuhan. Jika menggunakan herbisida ini diantara tanaman pokok yang telah
tumbuh, penyemprotannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Karena kabut
semprotnya dapat mematikan tanaman utama.
Herbisida
purna tumbuh memiliki dua cara kerja yang berbeda, yaitu herbisida kontak dan
herbisida sistemik. Pengolahan tanah atau pencabutan gulma setelah penyemprotan
herbisida tidak disarankan, karena dapat mengurangi efektivitasnya. Pengolahan
tanah akan memutuskan hubungan antara tajuk dan akar gulma, sehingga herbisida
tidak dapat mencapai akar gulma. Jika pengolahan tanah dilakukan pada saat
herbisida sistemik belum sampai mematikan rhizome atau stolon,gulma
baru akan segera tumbuh dari rhizome atau stolon yang terputus tadi.
B. Sifat
dan Cara Kerja Herbisida
a. Klasifikasi
herbisida
Hampir
sejalan dengan pembagian gulma, secara tradisional herbisida dibagi menjadi
tiga kelompok.
Herbisida
yang kuat mengendalikan gulma dari kelompok rumput, misalnya alaktor, butaklor,
ametrinfluazifop.
Herbisida
yang kuat dalam mengendalikan gulma daun lebar, misalnya 2,4-D, MCPA. Herbisida
yang aktif terhadap semua kelompok gulma. Herbisida ini disebut pula sebagai
herbisida yang non-selektif. Herbisida jenis ini mampu membunuh semua tumbuhan
hijau, misalnya glifosat glufosinat, dan paraquat.
Berdasarkan
bidang sasaran, yaitu kemana herbisida di tersebut diaplikasikan, herbisida
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
Herbisida
yang diaplikasikan ke tanah.Bekerja umumnya dengan cara menghambat
perkecambahan gulma atau membunuh biji-biji gulma yang masih berada dalam tanah
dan umumnya disemprotkan sebelum gulma tumbuh.
Herbisida
yang diaplikasikan ke daun-daun gulma.Herbisida yang diaplikasikan langsung
pada daun-daun gulma yang tentunya sudah tumbuh. Herbisida yang digunakan herbisida
pasca-tumbuh.
Menurut
gerakannya pada gulma sasaran, herbisida juga bisa dibagi menjadi dua golongan berikut.
1. Herbisida
kontak (non-sistemik), yaitu herbisida yang membunuh jaringan jaringan gulma
yang terkena langsung oleh herbisida tersebut dan tidak ditranslokasikan di
dalam jaringan tumbuhan, sehingga hanya mampu membunuh bagian gulma yang berada
di atas tanah.
2. Herbisida
sistemik, yaitu herbisida yang bisa masuk ke dalam jaringan tumbuhan dan
ditranslokasikan ke bagian tumbuhan lainnya. Oleh karena sifatnya yang
sistemik, herbisida ini mampu membunuh jaringan gulma yang berada di dalam
tanah (akar, rimpang, umbi).
Penggolongan
herbisida tersebut juga membawa implikasi terhadap penggolongan berdasarkan
cara dan saat penggunaannya.
1. Herbisida
pratumbuh, Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh.
2. herbisida
purna-tumbuh, Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh.
Herbisida
yang selektif terhadap suatu tanaman belum tentu selektif terhadap tanaman lainnya.
Misalnya, herbisida yang brbahan
aktif atrazin dan ametrin sangat selektif bagi tanaman
jagung, tebu dan nanas. Namun, atrazin dan ametrin tidak
selektif terhadap padi.
Selektifitas
herbisida dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
Faktor
yang berhubungan dengan herbisidanya.
Selektivitas
Fisiologik, Selektivitas Fisiologik merupakan
selektivitas bawaan dari herbisida untuk memilih sasaran (mematikan tumbuhan
yang satu tetapi tidak mematikan lainnya).
Selektivitas
Fisik, Selektivitas fisik disebabkan oleh adanya zat atau lapisan tertentu pada
tanaman yang mampu menahan herbisida, sehingga herbisida tidak dapat mencapai
bagian tanaman yang peka.
Pengaruh
teknik penggunaanya.
Selektivitas
Posisional, Selektivitas posisional memanfaatkan perbedaan posisi dari
bagian-bagian tanaman dan gulma yang peka terhadap pestisida.
Selektivitas
karena Teknik Aplikasi, Dengan memanfaatkan teknik aplikasi khusus, herbisida
yang nonselektif dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman.
BAB
V
Penutup
5.1 Kesimpulan
·
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada
lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil (gulma), jenis-jenis herbisida dapat dilihat
berdasarkan sifat herbisida dan cara aplikasinya.
·
Herbisida
yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun untuk suatu jenis
tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk tumbuhan lainnya yang
berbeda terutama familinya. Sedangkan herbisida nonselektif merupakan herbisida
yang beracun untuk setiap jenis tumbuhan.
·
Cara aplikasi berdasarkan waktu dibedakan
menjadi herbisida pratanam, pascatanam, herbisida pratumbuh (preemergence herbicide)
danherbisida pascatumbuh (postemergence
herbicide).
·
Cara
aplikasi menurut konsentrasi, waktu aplikasi dan volume semprot merupakan
penentuan derajat keberhasilan pengendalian gulma.
Daftar
Pustaka
Djojosumarto, Panut.
2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Hance, Raymond J.
1987. An Introduction to Weed Control. Basle : Ciba-Geigy Agro
Division.
Novizan. 2007. Petunjuk
Pemakaian Pestisida. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Wudianto, Rini.
1990. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar